Jalan menuju Escolta Street, 2014. Foto oleh Ryomaandres via Wikimedia CommonsDulunya, jalan bernama Escolta itu merupakan pusat belanja yang elit dan ramai dikunjungi wisatawan maupun warga lokal. Surat Kabar The New York Times pun sampai menjuluki jalan ini dengan sebutan “Fifth Avenue of Manila”. Sayangnya, itu hanya ada di tahun 1930-an. Bangunan-bangunan warisan yang dulunya berdiri megah, sekarang ditelantarkan dan tidak diurus lagi, membuat sejarawan dan seniman mati-matian untuk mempertahankan dan menyelamatkan bangunan-bangunan tua ini dari tahun 2012 lalu, Dominic Galicia, seorang arsitek terkenal di Filipina, mengusulkan untuk memindahkan salah satu perusahaan call center di Filipina ke bangunan peninggalan pra-perang dunia yang berada di Escolta. Escolta Commercial Association Inc. ECAI dan pendukung budaya dari Heritage Conservation Society HCS mendukung gagasan ini. Menurut mereka ini adalah solusi yang logis. Lagipula, Filipina adalah salah satu destinasi utama bagi perusahaan-perusahaan business outsource processing BPO. Gagasan ini dapat meraup pekerjaan, menghasilkan uang tanpa harus memindahkan pekerja. Mereka percaya ini adalah kebalikan dari gentrifikasi.“Dilihat dari penggunaan katanya, gentrifikasi adalah istilah yang sarat makna,” ujar Mark Evidente, presiden HCS. “Untuk menghidupkan kembali suatu daerah, Anda cenderung harus menyingkirkan beberapa bangunan yang dianggap tidak lagi relevan di masa kini.”Salah satu fasad dari United Building. Foto milik 98BNamun, dalam kasus Escolta – yang dulunya dijuluki sebagai “Manila’s Queen of Streets” – gentrifikasi tidak hanya akan mengakibatkan pemindahan orang-orang dari lingkungan mereka sendiri, namun juga mengubah wajah Manila selamanya dan mengubur peninggalan-peninggalan setelah lebih dari lima tahun, rencana untuk mengubah Escolta dan bangunan warisannya menjadi pusat BPO malah gagal. Jika sebelum Perang Dunia II Escolta digunakan sebagai jalan masuk untuk pusat belanja fashion high-end di Manila, sekarang jalan ini dianggap tidak memadai, bahkan tidak memiliki ciri khas mendasar yang mendukung industri call center.“Fasilitas seperti lampu jalan, selokan, infrastruktur, pembersihan jalan, pengumpulan sampah, layanan sosial untuk gelandangan, dan polisi-polisi lalu lintas semuanya kurang,” kata distrik tersebut dimulai 73 tahun yang lalu pada saat The Battle of Manila, di mana pasukan Amerika, Filipina, dan Jepang melawan dan meruntuhkan Escolta, menghancurkan beberapa bangunan megahnya dan mematikan sistem transportasi dan listrik di daerah perang, upaya perbaikan dan pembangunan ulang gedung membantu Escolta untuk bangkit lagi. Roberto Sylianteng, yang keluarganya memiliki salah satu bangunan yang selamat dari perang tersebut, mengatakan bahwa pemilik properti seperti dia melakukan yang terbaik yang mereka bisa. Selain itu, mereka juga menghubungi pejabat setempat untuk menjadikan Escolta berfungsi dan dapat ditinggali Future Market di United Building Photo courtesy of 98BBisnis memang kembali, tetapi perusahaan besar telah pindah ke tempat lain, khususnya ke kota-kota di Makati dan Mandaluyong. Alasan utamanya karena pemerintah berusaha untuk membuat Escolta berfungsi kembali dan kompetitif sangat yang menghidupkan Escota kembali adalah para seniman dan bukan industri penghasil uang.“Ini bagaikan cinta pada pandangan pertama,” ungkap Marika Constantino, seorang seniman First United Building berusia 90 dalam First United Building pernah mengalami kejayaannya. Langit-langitnya merupakan campuran beton abu-abu dan putih, dan dindingnya dilapisi blok berongga. Lantainya adalah lapisan abu-abu lainnya, tidak ada ubin, linoleum atau bahan tambahan lainnya. Bagian luarnya merupakan tampilan art deco yang indah – sebuah mahakarya ciptaan arsitek Andres Luna de San Pedro, anak seorang pelukis terkenal Juan United Building adalah salah satu bagian sejarah Manila yang paling penting yang bisa menimbulkan atrofi tanpa rencana konservasi yang jelas dari pemerintah daerah. Bangunan setua ini, alih-alih digunakan kembali atau dipulihkan, biasanya dikecam untuk diruntuhkan, meski sebenarnya ada Undang-Undang mengenai Warisan Budaya yang melarang pembongkaran bangunan berusia 50 tahun ke Constantino dan sesama seniman lainnya dari kelompok yang disebut 98B mengetahui bangunan ini.“Kondisi bangunan sangat kotor dan jelek saat pertama kali kami melihatnya,” kata kurator berusia 52 tahun itu. Namun, Constantino mengatakan kekacauan Escolta, bersatu dengan arsitektur yang menakjubkan, menghasilkan suasana artistik yang tepat. “Tempat dan waktu yang tepat,” katanya. “Suatu kebetulan yang baik, seakan Escolta telah memilih kami.”Keenam seniman yang menciptakan 98B mengubah First United Building menjadi rumah bagi komunitas seniman di Manila. Awalnya, 98B memulai Future Market, pasar bulanan yang berlangsung dari tahun 2013 sampai 2015, di mana seniman muda dan veteran memanfaatkan tempat sewa yang murah ini untuk memamerkan, mempromosikan dan menjual hasil karya mereka. Kemudian pasar berubah menjadi apa yang disebut The Hub, sebuah ruang inkubasi seminggu penuh untuk para seniman yang ingin mengadakan pameran, lokakarya dan menjual karya seni mereka. Balok abu-abu dan putih bangunan menjadi tempat yang tepat untuk pameran foto, sementara lantai abu-abu sekarang melengkapi semangat seni yang United Building menjadi lambang seni “di luar kubus putih” “outside the white cube”.Constantino menjelaskan bahwa “kubus putih” berkaitan dengan pemandangan umum untuk galeri seni yang bersih dan museum terstruktur.“Sejak kami pindah ke sini, kami memiliki pendekatan yang berbeda karena kami berasal dari disiplin artistik,” kata Constantino. “Meskipun kami mengatakan bahwa kami bukan ahli pelestarian atau arsitek bangunan peninggalan sejarah, kami adalah seniman dan kurator… tetapi karena kami berada di sini, kawasan ini selalu berfungsi sebagai tempat untuk memamerkan proyek-proyek kami. Saya kira ada korelasi langsung, karena kami fokus pada proyek yang berada di luar kubus putih.”Dengan The Hub, 98B menciptakan tempat sewa yang terjangkau bagi para seniman. Ini membantu bangunan warisan seperti First United tetap berfungsi, sehingga dapat mencegah usaha pengubahan bangunan menjadi perusahaan komersial lainnya yang terlalu mahal untuk disewa oleh seniman. Kepercayaan pemilik First United Building terhadap gagasan 98B yang membuat semua ini dapat terlaksana.“Kami tidak keberatan dengan gentrifikasi sampai Marika menunjukkan kami bahwa di antara para seniman, itu bukan kata yang menyenangkan karena apa yang mereka lakukan mengusir para seniman,” kata Lorraine Young-Sylianteng, istri pemilik bangunan tersebut. "Namun, saya masih berpikir gentrifikasi tidak masalah selama kita tidak pernah lupa bagaimana kita bisa sampai pada titik itu dan kita berhutang kepada siapa dan belajar untuk tidak pernah menggantikannya.”Pemahaman yang lebih dalam tentang dampak dan implikasi gentrifikasi ini memudahkan mereka untuk menjaga The Hub, bahkan saat peritel lain menawarkan harga sewa yang lebih tinggi untuk First United. Pemilik ingin bangunan ini tetap memiliki identitas dan kegunaan bersama, nilai-nilai umum ada dalam sejarah suatu tempat.“Sejujurnya, saat kami memulai The Hub, peritel besar ingin menempati hampir separuh lantai dasar,” kata Lauren. “Namun, meski berisiko, kami berpegang teguh pada gagasan untuk menjaga The Hub. Peritel besar bisa datang dan pergi kapan saja, sedangkan kami ingin membangun sebuah komunitas yang tetap di sini.”
BenedictoCabrera (1942-sekarang) Dikenal sebagai 'BenCab' di Filipina, Cabrera adalah pelukis komersial terlaris di generasinya dan pemimpin terkemuka dari seni kontemporer lokal. Ia belajar di bawah bimbingan José Joya di Universitas Filipina dan menerima gelar di bidang Seni Rupa pada tahun 1963. Karirnya yang sukses telah berlangsungtempat yang diurut berdasarkan favorit wisatawanDaerah Sekitar • Area Bersejarah untuk Pejalan KakiTempat Menarik & Tengara • Area Bersejarah untuk Pejalan KakiMuseum Benda Khusus • Tempat KeagamaanTempat Bersejarah • TamanArea Bersejarah untuk Pejalan KakiArea Bersejarah untuk Pejalan KakiArena & Stadion • Tempat BelanjaTempat Menarik & Tengara • TamanTempat Bersejarah • Bangunan ArsitekturGua Bawah Tanah& Gua • PemakamanTempat Menarik & Tengara • Pasar Loak & Kaki LimaArea Pengamatan • TamanTempat Bersejarah • Tempat Menarik & TengaraPelabuhan & Jalan Kayu • Area Indah Pejalan KakiMenampilkan 1-30 dari hasil
KatedralSt. Paul, London. Bangunan paling ikonik di London Katedral St Paul dirancang oleh arsitek Inggris Sir Christopher Wren. Duduk di puncak Ludgate Hill, titik tertinggi di Kota London , kubahnya yang terkenal adalah salah satu yang terbesar di dunia, berukuran hampir 112 meter. Liburan ke Filipina? Sungguh, belum pernah sebelumnya terbersit sedikitpun mimpi untuk bisa ke sana. Apa asyiknya ? Apa yang harus dikunjungi? Dan apa yang harus dinikmati? Tidak ada gambaran sama ! jangan salah, ketiadaan mimpi itu berubah ketika aku berkunjung ke akun The Philippines Department of Tourism Mendapatkan informasi baru melalui website tersebut, mengubah persepsiku tentang Filipina yang bagiku tidak lebih dari sekadar negara lumbung padi dan terletak tidak jauh dari Filipina adalah surga tersembunyi yang dimiliki oleh Asia Tenggara. Banyak destinasi wisata yang wajib dikunjungi oleh para pelancong dunia. Mulai dari wisata alam, kuliner, hingga sosial budaya semua ada di sana. Menilik indahnya Filipina melalui akun pdot_indonesia membuat daftar mimpiku bertambah Aku ingin liburan ke Filipina. Berbaur dengan budaya lokal Filipina dengan cara menikmati klasiknya bangunan tua bersejarah di Intramuros, berkeliling Filipina menggunakan Jeepney, serta mencicipi nikmatnya kare-kare dan segarnya halo-halo khas Filipina di Metro Manila bersama teman-temanku. Pasti seru. I’m sure, it’s more fun in the Manila adalah salah satu tujuan yang saat ini ada dalam daftar perjalananku. Konon kota ini merupakan metropolis yang menarik dikunjungi karena semua tersedia di sini. Tidak terbayang betapa serunya bacpakeran ke kota ini bersama yang terletak di tepi timur Teluk Manila ini merupakan pusat politik, ekonomi, sosial, budaya, dan rekreasi. Manila memang metropolitan, namun bukan karena label itulah aku jadi sangat ingin mengunjunginya. Aku tertarik dengan sejarah peradaban bangsa Filipina. Tersebab itulah aku ingin ke sana. Belajar dan mengenang jejak-jejak peradaban di adalah sebuah distrik yang juga dikenal sebagai kota tuanya Filipina, salah satu tempat bersejarah yang terletak kota Manila. Dalam bahasa latin Intramorus berarti di dalam dinding. Distrik tersebut disebut juga sebagai walled city yang berarti kota berdinding. Pada saat Filipina masih berada di bawah jajahan Spanyol, Intramuros menjadi pusat hanya sebagai pusat pemerintahan kuno dan sebuah kota berdinding yang dikelilingi bangunan-bangunan kuno, bagi masyarakat Filipina Intramuros memiliki arti tersendiri. Mereka bilang Intramuros merupakan Entrance Moro yang berarti tempat pertama kalinya bangsa moro salah satu suku di Filipina datang ke banyak tempat bersejarah di Intramuros, tetapi ada tiga tempat yang mejadi prioritas yaitu Fort Santiago, Gereja San Agustisn. dan Casa Manila. Fort Santiago adalah sebuah benteng bersejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Filipina untuk mendapatkan kemerdekaannya. Benteng tersebut dibangun oleh seorang berkebangsaan Spanyol bernama Muguel Lopez de Legazpi. Di benteng inilah Jose Rizal, salah seorang pahlawan Filipina di dipenjara sebelum dari Fort Santiago, aku ingin berjalan menyusuri hijaunya lumut di dingding-dinding kota tua Intramuros menuju Gerja San Agustin. Layaknya Semarang-Indonesia memiliki gereja dengan sgudang nilai historis, Manila punya gereja bersejarah yang bernama Gereja San San Agustin adalah gereja tertua di Filipina. Gereja ini merupakan tempat berlangsungnya penandatanganan diserahkannya Manila kepada Amerika oleh Spanyol. Gereja ini juga menjadi camp konsentrasi tahanan pada masa perang dunia ke dua. Ketika Amerika dan Manila melakaukan penyerangan untuk mengusir tentara-tentara yang tersisa di kota Manila dan Intramuros menjadi puing-puing, Gereja San Agustin adalah satu-satunya bangunan yang tetap berdiri menikmati kemegahan dua bangunan kuno tersebut tak lantas membuatku berhenti untuk tetap menyusuri cerita lain dibalik metropolisnya kota ini. Masih di Intramuros, tujuan selanjutnya adalah Casa Manila, sebuah museum yang menggambarkan gaya hidup kolonial selama masa penjajahan Spanyol di Filipina. Berkunjung ke sebuah rumah besar dan menikmati cerita peradaban bangsa Filipina, pasti akan menjadikan perjalananku ke Filipina lebih cukup menelusuri cerita masa lalu pada tiga tempat bersejarah, saatnya bersenang-senang menikmati indahnya Manila masa kini. Telanjur ada di Manila, tidak asyik rasanya jika tidak merasakan sensasi keliling Manila menggunakan Jeepney sosok angkutan khas Filipina yang orang bilang sangat unik dan nyentrik. Jeepney adalah jeep yang dimodifikasi sebagai angkutan umum, bagian depannya dihias dengan lampu-lampu dan ornamen nyentrik khas Filipina. Sedang bagian belakangnya berukuran lebih panjang dari jeep yang kita jumpai di Indonesia pada jeep tersebut dulunya adalah transportasi yang digunakan oleh tentara Amerika untuk angkutan logistik perang. Sejak akhir perang dunia dua, tentara Amerika yang hendak meninggalkan Filipina menyerahkan jeep-jeep tersebut kepada msyarakat Filipina. Oleh mereka jeep-jeep tersebut dimanfaatkan sebagi moda transportasi hingga saat pada jeepney ini tidak hanya ada pada bentuknya. Sistem pembayaran dan pengambilan kembalian pun unik. Pembayaran dilakukan secara di muka. Namun, bila tempat duduk penumpang jauh dari supir pembayaran dilakukan dengan sistem estafet. Ongkos penumpang dioper dari penumpang satu ke penumpang lain sampai ke sopir. Pun dengan kemabalian. Uang sisa dioper dari sopir ke penumpang satu dan penumpan lain hingga sampai ke berkeliling Manila menggunakan Jeepney, ada baiknya aku bertanya kepada masyarakat setempat pusat kuliner di Manila. Filipina terkenal dengan berbagai macam olahan sup dan salah satu sup yang sangat ingin kucoa ketika berada di sana adalah merupakan sup yang berbahan dasar saus kacang dan berisi sayuran, ekor sapi, babat, dan daging sapi. Sup ini sangat cocok dengan lidah Indonesia karena makannya bisa ditemani nasi putih dan tumis terasi asin. Setelah kenyang, boleh lah kututup hari dengan cara menikmati dessert khas Filipina. Dessert yang menjadi pilihanku adalah hal-halo, es campur khas Filipina dengan berbagai macam isi yang sudah cerita liburan impianku ke Filipina. Semoga setelah pandemi berakhir itu semua dapat ya, Informasi mengenai Filipina ini aku dapatkan di Informasinya sangat beragam, mulai dari tempat wisata, hotel, kuliner, diving, ESL, pilgrimage, sampai muslim-friendly, semuanya ada di sini. Selain isinya lengkap dan terpercaya, website milik PDOT Indonesia ini juga dilengkapi panduan wisata serta berbagai fitur keren dan seru yang membuatku semakin tertarik untuk menjelajah Filipina. Ditambah lagi, ada berbagai kuis berhadiah menarik yang bisa aku ikuti. Tentunya ini sangat mengobati kerinduanku untuk bisa liburan ke Filipina. It’s More Fun in the Philippines!Yuk, kita berlibur ke Filipina ! GWK6dEs.